Friday, February 26, 2016

The Dreamer


“Mereka lahir dari kenyataan yang kau ketahui,
tetapi mereka bukanlah kenyataan yang pasti”
- Sang Pemimpi -
Ketika dunia ini masih terlihat amat besar bagiku, sedangkan diriku amat kecil melakukan hal ini itu saja tak mampu. Akhirnya ku berlari kesana kemari dengan semangatnya untuk meraihnya. Setelah lelahku memahami dunia ini.  Perlahan, kalian orang besar memperkenalkan padaku. Suatu yang asing bagiku, karena aku tak pernah mengalaminya. Kalian kenalkan waktu dengan sejarah, pekerjaan dengan ketrampilan, keajaiban dengan imajinasi, dan keyakinan dengan agama. Akhirnya semua ku ketahui terlelap bersama tidurku.

            Tidur mendiamkan diri, kemudian meluaplah mimpi. Mereka lahir atas kupikirkan, walaupun kadang ada saja setan kecil menggangu mimpiku. Mimpi mungkin meluapkan kembali memoriku kembali, namun seakan bukanlah kehendakku. Mereka lahir dari kenyataan yang ketahui, tetapi mereka bukanlah kenyataan yang pasti.  Terbangunlah diriku, karena mimpiku seakan membawa pesan. Kaulah akan menjadi orang besar disuatu saat nanti.

Terbangun dan tertidur secara bergantian. Ku terbangun agar tahu dunia ini, kembali tidur untuk menikmati mimpi. Sekian terus-berulang, sadarku tak sama dengan mimpiku. Tidak semua ku ketahui adalah keindahan, karena kepahitan lebih banyak kurasakan. Sedangkan mimpiku, sangatlah manis. Awalnya ku kira mimpi adalah pengetahuan, namun iyalah imajinasi. Imajinasi lahir dari ketiadaan atas dunia yang kita  ketahui. Namun selama bermimpi, aku merasa menjadi orang besar.

                Fantasi keindahan dari realiti kepahitan. Selama ini aku hanyalah bermimpi menuju dunia fantasi. Pesan aku akan menjadi “Orang Besar” sudah cukup kunikmati dalam mimpi ini. Kenyataan, waktu dunia fantasi hanya sebatas butiran pasir diantara sahara realiti. Akhirnya, aku lebih banyak merasakan pahitnya kenyataan ini. Semakin pahit, jika mimpiku semakin manis. Ku urungkan mimpiku. Namun kembali bertemu dengan orang besar di dunia realiti. Mereka kembali bercerita, tentang Mimpi.

            “Dulu aku juga sepertimu” ucap dengan sejujurnya.

            Dulu, mereka kecil bermimpi menjadi besar. Mereka berbagi cerita mimpinya, begitu indah .. Bahkan lebih indah daripada mimpiku, walaupun terdengar gila jika kupandang dari sudut realiti. Mereka juga takut tentang kepahitan dunia ini, tetapi mimpi mereka tak kunjung mereka surutkan, bahkan semakin besar mimpinya. Tetapi ketahuilah, mimpi mereka bukanlah tertidur. Namun mereka membangunkan mimpinya. Mereka bangun dengan kesadar, bukanlah lari ke dunia fantasi. Melainkan mereka membawa dunia fantasi mereka ke dunia realiti. Itulah mimpi dengan tekad.

             Tekad tetaplah imajinasi, bersemayang dalam mimpimu bahkan sadarmu, kau tetap merasakan. Mereka tak ada, namun begitu paling berasa. Iyalah alasan bangkit, bergerak dengan alasanmu. Mengejar mimpimu, agar menjadi nyata. Semakin kau kejar, semakin pahitnya realiti ini. Kau masih sempatnya tersenyum, karena tekadmu yakin.. Suatu saat mimpi itu akan menjadi nyata.

            Akhirnya, Kau perlahan merasakan menjadi orang besar. Merekalah yang besar mimpinya beserta tekadnya. Kau menikmati posisimu dan hasilmu, ternyata tidak.. Karena sadar tidak, semakin kau bermimpi besar, semakin hausnya dirimu. Terdengar egois, tetapi inilah kepahitan sesungguhnya. Pahit kenyataan mimpi hanyalah tetap mimpi tertidur. Mungkin sebagian terwujud, namun akhirnya itu sebagian kecil dari banyaknya mimpimu yang belum terwujud. Tahukah kalian kematian paling ditakutkan orang besar? mimpi mereka tak akan terwujudkan.

            Jika semua mimpimu belum terwujudkan, cobalah perlahan kau gugurkan dalam sebuah tulisan. Mungkin tak nyata, tapi biarkanlah generasimu kedepan terwujudkan. Karena begitulah orang besar menurunkannya padaku yang masih kecil.