Alfaonline resmi menjadi Alfacart
Alfaonline resmi bertransformasi menjadi Alfacart, bukan lagi hanya online channel minimarket, tapi menjelma menjadi marketplace lengkap dengan jaringan luas se-Indonesia.
Alfaonline, yang telah eksis sejak tahun 2013, perpanjangan
dari jaringan minimarket Alfamart di dunia online, telah resmi bertransformasi
menjadi full-fledged ecommerce, bernama Alfacart, mulai Senin (30/5/2016).
Dalam acara peluncurannya yang bertajuk “The Transformation”
di Gandaria City, Jakarta, Catherine Hindra Sutjahyo, CEO Alfacart.com,
menjelaskan bahwa perubahan dari Alfaonline menjadi Alfacart, adalah salah satu
kontribusi Alfamart dalam pertumbuhan industri ecommerce di Indonesia.
Soal target pelanggan, Catherine menyatakan bahwa target
pelanggan Alfacart adalah seluruh masyarakat Indonesia yang ingin merasakan
efisiensi berbelanja online. Karena itu, produk yang ditawarkan di Alfacart pun
bervariasi.
Alfacart tidak hanya menjual produk-produk groceries alias
kebutuhan pokok dan sehari-hari, seperti yang dijumpai di minimarket Alfamart.
Ada juga produk lainnya seperti yang ditawarkan kebanyakan ecommerce di
Indonesia, seperti produk mode, gadget dan elektronik, serta produk gaya hidup.
Catherine menuturkan, dengan didukung lebih dari 7000 toko
Alfamart yang tersebar di seluruh Indonesia, Alfacart.com saat ini menjadi
pelaku bisnis ecommerce dengan jaringan terbesar di Indonesia.
“Kami bertekad, inovasi dan kemudahan dalam pembayaran,
pengantaran barang dan pengambilan barang, serta komitmen dalam berkolaborasi
dengan para mitra bisnis, akan mampu meningkatkan gairah perniagaan digital,
yang berdampak pada semakin tumbuhnya bisnis ecommerce di Indonesia,” jelas
Catherine.
Inovasi O2O dan pick-up point
Salah satu keunggulan yang ditawarkan oleh Alfacart adalah
sistem online-to-offline atau O2O yang diterapkan. Melalui sistem ini,
pelanggan bisa memilih salah satu toko Alfamart untuk dijadikan tempat
membayar, serta pick-up point yang berfungsi sebagai tempat pengambilan dan
pengembalian barang.
Tak hanya itu, penggunaan toko Alfamart untuk melakukan
pembayaran adalah alternatif yang ditawarkan bagi masyarakat Indonesia yang
belum memiliki akun bank, namun ingin merasakan kemudahan berbelanja secara
online.
Haryo Suryo Putro, COO dan CMO Alfacart mengatakan, luasnya
jaringan Alfamart mendukung dan memudahkan pemesan untuk dapat pergi ke toko
Alfamart terdekat, untuk melakukan pembayaran tunai, sekaligus menikmati
pelayanan pick-up point, untuk pengambilan dan pengembalian barang.
“Pick-up point juga kami hadirkan sebagai solusi bagi
masyarakat urban, yang rata-rata memiliki kesibukan tinggi dan ingin efisien
dalam mengatur waktu berbelanja,” jelas Haryo.
Catherine tak memungkiri, pertumbuhan penjualan bisnis
ecommerce di Indonesia masih menyumbangkan kontribusi hanya sekitar 1 persen.
Meski demikian, beberapa data menunjukkan tanda-tanda positif berkaitan dengan
potensi kontribusi industri ini, terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di masa
mendatang.
Terutama karena angka kepemilikan ponsel pintar dan
pengunaan internet yang senantiasa meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2017
saja, diperkirakan akan ada 74,9 pengguna ponsel pintar.
Tingkat penetrasi internet juga tinggi. Tercatat bulan
Januari 2016, ada 88,1 juta pengguna internet, dengan sekitar 20 persennya
menggunakan internet untuk berbelanja online. Catherine meyakini, industri
ecommerce di Indonesia memang masih memiliki banyak ruang untuk berkembang.
(JK/DI)
Karena perkembangan pasar online menjanjikan, banyak vendor besar turun meramaikan pasar online tanah Indonesia. Tentu menjadi persaingan besar antara Lazada, Bukalapak, Tokopedia, dan pasar online lainnya.
Karena perkembangan pasar online menjanjikan, banyak vendor besar turun meramaikan pasar online tanah Indonesia. Tentu menjadi persaingan besar antara Lazada, Bukalapak, Tokopedia, dan pasar online lainnya.
No comments:
Post a Comment