Belajar Dari Flappy Bird
Popularitas Flappy Bird memang sudah lama tenggelam dan
game-nya pun sudah lama ditarik dari peredaran oleh sang developernya, namun
saya harap itu tidak membuat kita tidak mau belajar darinya dan kita tidak bisa
mengambil manfaat darinya. Walau bagaimana pun Flappy Bird adalah sebuah game
yang sempat fenomenal dan layak untuk kita mengambil pelajaran darinya.
Saya rasa hampir seluruh penduduk bumi saat ini tahu apa itu
Flappy Bird. Sebuah game dengan burung gendut yang punya mata besar, bibir
lebar dan setengah mati berusaha terbang menghindari pipa untuk bertahan hidup.
Game yang membuat orang yang memainkannya kesal. Bahkan mungkin ada orang yang
saking kesalnya sampe-sampe melempar atau merusak smartphonenya. Ya, begitu
menggemaskannya dan menyebalkannya game itu.
Flappy Bird dibuat oleh Dong Nguyen, seorang developer game
berasal dari Vietnam. Flappy Bird dibuat hanya oleh Dong Nguyen sendiri. Saya
ulangi, Flappy Bird dibuat hanya oleh Dong Nguyen sendiri. Ya, sendiri. Game
ini bahkan hanya dibuat olehnya hanya dalam waktu tidak lebih dari 3 hari saja
dan itu pun sambil dia bekerja.
Apakah Dong Nguyen sangat hebat sehingga bisa membuat game
Flappy Bird hanya dalam waktu 3 hari saja? Tidak juga, saya rasa banyak orang
yang bisa membuatnya dengan lebih cepat. Kami saja membuat game semisal Flappy
Bird yang kami beri nama Flappy Nyan hanya dalam waktu 2 hari saja, dan itu pun
dengan sangat santai. Bahkan kami membuat tutorial cara membuatnya di
nyankodMagz edisi 17 Noga Namespace dan saya rasa siapa saja bisa membuatnya
dengan mengikuti tutorial tersebut.
Game Flappy Bird memang sangat sederhana, dengan teknologi
yang sederhana pula, tapi kita semua tahu bahwa efeknya tidak sederhana.
Lihatlah betapa cepatnya game ini mewabah keseluruh dunia, jauh lebih cepat
dari pada Virus Ebola. Dan ini tentunya membuat banyak developer game di
seluruh dunia frustasi. Bagaimana tidak, banyak developer game yang merancang
game dengan sedemikian canggihnya, bahkan penggarapannya butuh waktu
bertahun-tahun dan dikembangkan oleh puluhan orang-orang hebat, namun tidak
bisa lebih fenomenal dari Flappy Bird, game sederhana dengan tampilan cupu yang
hanya didevelop oleh seorang developer dan dalam waktu 3 hari saja.
Yang saya lihat sebagai seorang programmer dari fenomena
Flappy Bird ini adalah bahwa teknologi dan tampilan suatu produk itu terkadang
bukan hal yang utama, yang sederhana sekali pun jika itu sesuai dengan kebutuhan
dan tepat guna bagi pengguna maka itu akan sukses. Flappy Bird tahu bagaimana
cara agar sebuah game menjadi dibutuhkan, menarik dan memiliki sifat adiktif
yang membuat orang mau memainkannya berkali-kali bahkan walaupun mereka
dibuatnya kesal oleh game tersebut. Flappy Bird sukses bukan karena dibangun
dengan teknologi canggih, dengan algoritma-algoritma rumit, game itu bahkan
hanya dibuat sederhana dan hanya butuh waktu 3 hari untuk menyelesaikannya.
Bukan juga karena tampilannya bagus. Lihatlah aktor utama di Flappy Bird bahkan
tidak jelas apakah itu seperti burung ataukah ikan. Mungkin jika bukan karena
judulnya adalah Flappy Bird yang mengandung istilah bird yang artinya burung,
saya mungkin akan menganggap itu sebagai ikan. Terlebih lagi kalau memainkan
game Flappy Bird rasanya saya kembali lagi kezaman Nintendo dan Mario Bross.
flappy
Flappy bird memang merupakan sebuah game, tapi apa yang kita
bisa pelajari dari situ tidak hanya sebatas untuk game development. Kita bisa
belajar darinya untuk semua produk kita. Bahwa point penting dari sebuah produk
yang kita bangun bukanlah dilihat dari betapa canggih aplikasi itu dibuat,
dengan framework yang super keren, atau teknologi yang wow. Bukan itu! Bukan
juga dari tampilan yang memukau, penuh dengan animasi yang WAH. Point utama
ketika kita membangun sebuah produk adalah tahu kebutuhan pengguna dan apa yang
menarik buat mereka. Teknologi yang canggih tentu nilai tambah, tampilan yang
bagus tentu suatu hal yang bagus, tapi memenuhi kebutuhan pengguna itu yang
lebih utama.
Saya ingat pesan Leontinus Alpha Edison, Co-founder
Tokopedia, bahwa ketika kita membangun sebuah produk kita harus benar-benar
menurunkan ego kita, karena walau bagaimana pun teknologi tetaplah nomor dua
setelah produk itu sendiri. Karena kita seorang programmer atau developer,
sering kali kita ingin aplikasi yang kita buat sangat canggih, dengan teknologi
terbaru, framework yang sedang trend dengan tampilan yang wow, penuh animasi.
Kita sering memaksakan untuk melihat semuanya dari sisi tekhnis. Kita ingin
terlihat keren karena menerapkan teknologi yang canggih, yang akhirnya waktu
development menjadi molor, padahal mungkin itu bukanlah point utama dari
aplikasi kita, mungkin itu hanyalah kosmetikal belaka yang kalaupun tanpanya
dunia masih tetap damai dan aplikasi masih berjalan lancar dan tepat guna. Ego
kita kadang membuat kita sering salah memasang prioritas. Jika untuk belajar
sih nggak masalah, tapi jika kita sudah terjun ke produksi dan ingin produk
kita digunakan oleh orang lain, maka yang harus kita tekankan adalah nilai
manfaat dan memenuhi kebutuhan pengguna. Dengan teknologi yang sederhana
sekalipun jika bermanfaat dan tepat guna, itu tidak masalah. Dari pada kita
membangun aplikasi yang super keren dan canggih tapi malah nggak ada yang
menggunakan dan tidak menyelesaikan masalah. Sekali lagi, membuat karya kita
tampak canggih dan memukau itu adalah nilai tambah dan itu sangat baik bagi
karya kita, namun itu bukanlah prioritas utama, fokuslah terlebih dahulu pada
membangun manfaat dengan apa yang dibutuhkan oleh pengguna.
Sebagai penutup, mungkin satu quote dari Linus Torvalds bisa
menjadi nasihat yang baik buat kita untuk melengkapi apa yang kita pelajari
dari Flappy Bird. Linus Torvalds pernah berkata “Any program is only as good as
it is useful”, program yang baik itu yang digunakan dan tepat guna.
Menjadi orang hebat mungkin banyak saja orang bisa, namun
menjadi orang bermanfaat bukannya itu lebih baik.
Referensi :
https://www.codepolitan.com/yang-developer-bisa-pelajari-dari-game-fenomenal-flappy-bird
No comments:
Post a Comment