Monday, September 5, 2016

Welcome Future Era Humanis



Senaif ini saya menyatakan era masa depan adalah Humanis. Padahal saya bukan siapa-siapa kini. Namun sebelum kalian ingin menghakimi atas pemikiran saya, biarkan sejenak kalian membaca selintas pemikiran saya terkait masa depan yang saya kira, tentu Era Humanis.

Ketika robot menjadi sosok paling ditakutin dalam film terminator dengan dalil sang robot mengambil ahli tahta manusia saat itu. Hal itu tak dipungkiri dengan kehadiran teknologi di era 90 ketika para generasi X menemukan robot. Robot yang diciptakan untuk menggantikan peran manusia seperti mengirim barang, bermain bola, dan hal kegiatan manusia. Terciptakan ketakutan manusia, ketika robot mempunya kepintaran manusia. Kepintaran atas perasaan, emosi untuk simpati. Simpati ini mirip sama manusia, tapi para manusia khawatir jika simpati ini hanya terhubung atas sesama robot saja. Akhirnya robot akan menampilkan emosi kepada manusia dengan kebencian~Serem~. Akhirnya manusia saat itu berpikir, bahwa masa depan ialah Era Robotik.

Setelah Perang dunia kedua, suburlah masa-masa pembangun negara. Karena saat tersebut, pertumbuhan era industri menjadi marak-maraknya. Jarak antara kota, daerah, pulau, dan bahkan negara semakin dekat dengan kehadiran motor diesel dan pesawat terbang. Tingkat distributor barang semakin cepat, bermulailah globalisasi dimulai. Kehadiran percepatan dituntut tinggi. Kemudian lahir barang-barang elektronik, lahirlah komputer. Tak diragukan bahwa teknologi informasi menjadi era berikutnya setelah era industri. Bill Gates sang founder era informasi, menjadi kendali penuh atas dunia ini. Berkat komputer ini, manusia menjadi begitu membutuhkan kehadiran teknologi informasi.

Robotik sebenarnya adalah perpanduan antara industri dengan era informasi. Perpanduan gerakan seperti mesin dan berpikir dengan prosesor. Maka itu, bayangkan saja robot tersebut dibentuk dengan tubuh dan pikiran manusia. Bukannya peran manusia akan semakin berkurang. Khawatir atas perkiraan era robotik bukan hanya menggantikan peran manusia, namun mematikan manusia itu sendiri. Tergambarlah dalam cerita fiksi Doraemon yang menggambarkan manusia yang ketergantungan robot menjadi pemalas, kegemukan. Akhirnya, mimik era robotik tetap menjadi horror.

Tiba-tiba, mereka yang dianggap para pecandu teknologi (disebut geek). Menjadi sering keluar rumah dengan sebab sederhana, Pokemon GO. Kehadiran Pokemon GO sendiri ternyata bukan tanpa sebab, karena belakang ini. Para perusaahan ternyata menyadari keterbatasan atas perkembangan era industri dan informasi. Padahal percepatan teknologi mereka ciptakan hanya semakin meninggal manusia. Karena mulai banyak manusia menjadi antipati teknologi, karena orang geek dianggap orang gila yang berhari-hari hanya bersama komputer hanya untuk coding saja. Maka suatu ketika para perusaahan mengajak orang non-teknisi, orang psikolog bahkan seniman.

Kehadiran psikolog ternyata unik, mereka bukan diminta untuk membuat inovasi teknologi. Namun mereka cuma menjadi filosofer teknologi. Dengan menjadi anak kecil yang banyak tanya “Komputer itu apa?” “Komputer apa yang dibutuhkan aku?”. Kau tahu, para ilmuan teknologi kadang tidak punya kepekaan atas teknologi mereka ciptakan untuk manusia. Kadang kendala mereka alami adalah manusia terbiasa dengan teknologi mereka. Kini hadirnya para psikolog, mereka bisa merancang perkiraan teknologi diciptakan berdasarkan nilai sederhana manusia “Teknologi itu diciptakaan untuk apa?” bukan pendekatan komputer yang semakin cepat saja.

Setelah terciptalah pemikiran tersebut, teknologi tak tercipta semakin teknik. Namun Semakin fungsional apakah teknologi tersebut. Mau tahu contoh produknya, Go Pro. Kamera untuk harga 2juta kebawah tetap lebih bagus adalah kamera pocket. Tetapi bagus disini berdasarkan masalah teknisinya. Coba bandingkan Go Pro, jauh kualitas gambarnya banding dengan kamera pocket. Tetapi GoPro lebih popular daripada camera pocket. Alasan lebih trendi, gaul, dan gampang buat selfi yang keputusan semuanya lebih pada feeling (perasaan). Kalau saya milih kamera diantara tersebut, tentu kamera pocket. Maaf bukan orang trending ya..

Belilah sesuai kebutuhan jangan atas keinginan ya…

Dan sialnya, kini teknologi lahir banyak lahir untuk keinginan kita. Bisa dibilang keinginan terdalam manusia, disebut Insight. Akhirnya para perusaahan banyak diam-diam menghabis banyak uang untuk searcher seputar manusia. Searcher tidak memulu untuk membaca market sekarang, namun market kedepan. Kemudian mereka bisa menciptakan teknologi pendekatan yang lebih humanis. Berakhir manusia kedepan akan lebih menerima teknologi lebih normal. Betulkan para designer UX-UI yang menggembangkan design flat. :)

Tetapi tetap saja, para sepuh atau pencinta sejarah suka menyindir perkembang teknologi sekarang. Suka menyindir mereka yang kini lebih suka merendah diri karena asiknya melihat smartphone. Padahal  banyak juga jadi suka lari pagi buat hitung track tempuh dengan RunKeeper, naik gunung buat selfie, dan  bahkan lebih nasionalis dengan merepost gambar teks proklamasi. Mereka lebih humanis kok, maksud saya teknologinya.


Pada Akhirnya, saya bukan siapa-siapa disini. Maka masa depan belum tentu dinyatakan era Humanis. Karena dengan sendiri, teknologi sudah terlihat lebih humanis. Ngapain lagi saya cape-cape buat deklarasi di charge.org bahwa “Future Era adalah Era Humanis”. Soalnya sekarang sudah eranya.