Mandiri, itulah keinginan ku sebelum memasuki jenjang kuliah, mandiri menjadi anak kosan, bagaiaman bisa hidup mandiri dari belajar manajemen makanan, cucian, belajar, dan kegiatan anak kosan? yap sebelumnya hidup sudah semi-mandiri menjadi santri, bagaimana piring dan celana dalam sudah cuci sendiri, keinginan itu ingin dilanjutkan di dunia kuliah, tapi... kegagalan keterima PTN membuatku tak bisa memplanning hidupku sesuai keinginan ku, aku malah menjadi anak rumahan kembali.
Kembali menjadi anak rumahan kembali menjadi anak SD, terasa bukan mahasiswa bagiku, hidup kembali tergantung dengan orangtua, kembalilah angan-angan menjadi anak mandiri seperti anak kosan tak pernah terwujud kembali. Hidup di rumah memang enak, makan teratur, pakaian dicucikan, jajan tinggal minta, dan fasilitas sangat tercukupi, tapi.. aku ingin merasa hidup kerasnya anak kosan, atau mungkin aku ingin tak mau tergantung sepenuhnya dengan orangtua. Namun aku sadar kembali, aku belajar hal yang baru di dunia kuliah ini, belajar peduli.
Selama aku mondok selama 6 tahun, aku jarang berkomunikasi dengan orangtua, mungkin hanya setiap 2 pekan sekali, itupun kalau dijenguk. Hidup di pondok ini membuat sisiku rada anti-sosial. Namun aku mulai belajar peduli dengan orangtuaku, karena keberadaanku dibutuhkan dengan kedua orangtuaku. Sadar aku adalah abank tertua di keluarga dan keberadaan orangtuaku semakin lemah. Sebenarnya di rumah aku tak benar-benar dimanja, malah keberadaanku banyak dibutuhkan.
Di rumah, aku tak benar-benar santai, ada begitu banyak kegiatan rumah yang aku bereskan, membeli telur, beli makanan dan barang diluar, gembok rumah, dan memcuci piring dan beras menjadi kegiatan biasa bagiku. Aku mulai belajar bagaimana orangtuaku memberikan ku perintah, diantaranya :
1. Mereka akan memperintahmu walaupun kamu tahu apa yang akan dikerjakan.
2. Bersiap-siap, satu perintah akan membawa perintah lainnya.
3. Peka, kemungkinan ada perintah belum disebutkan tapi harus dikerjakan.
4. Mereka akan memerintahmu jika kamu dalam kondisi tidak sibuk.
Mungkin ada yang mau tambah poin diatas, sepertinya cukup sampai empat poin dulu, walaupun kemungkinan ada poin berikutnya. Belajar peduli membuatmu menjadi masyarakat, kadang hal ini sepele bagi sebagian orang, tapi menurutku aku belajar peduli menjadi anak berbakti, sungguh aku dulu tak banyak berbakti kepada orangtua, nilaiku tak istimewah, prestasi tak ada, dan hafalan tak memuaskan, rasanya aku ingin melakukan kebaikan dengan cara berbakti seperti ini.
Belajar peduli, tentu tidaklah hanya kepada orangtua, tapi bagaimana menjadi masyarakat. inilah yang diajarkan Pak Sis kepadaku, turun kepada masyarakat. Hal tersebut membuatku ingin turun dalam kegiatan masyarakat, diantaranya saksi pemilu dan panitia pernikahan. Ketika turun menjadi panitia pernikahan, lagi-lagi aku belajar menjadi masyarakat, bagaimana menjadi keluarga walaupun hanya jadi saksi perjalanan hidup, tapi menurutku, itu belajarnya yang tak akan terlupakan.
Tak ada salah menjadi anak kosan atau anak rumahan, keduanya mempunya kelebihan dan kekuranngan tersendiri, tapi dibalik hal tersebut, banyak kehipudan yang dapat diambil. Jangan menyesal apa menimpa dirimu, tapi menyesal anda tak bisa belajar dari kehidupan ini. Aku sadar, aku kurang peduli dengan sekitar diriku, maka takdirku tinggal di rumah ini bukannya keputusan salah, tapi sudah kehendak Allah SWT menentukan. Menjadikan ku belajar peduli, mengabdi, dan menjadi masyarakat.
#MandiriAtauPeduli #NulisRandom2015 #Day15
Semoga menjadi pribadi yang sholeh, mandiri, dan peduli.
ReplyDelete