Thursday, November 12, 2015

Diksi (Pilihan Kata)

Diksi menjadi dasar terpenting dalam menulis. Tentu diantara memilih kosa kata yang sesuai EYD. Hal ini penting agar pesan disampaikan akan lebih jelas dan benar, maka hal itu harus disadari dengan, Bacalah! , karena dengan mulai banyaknya membaca menambah kosa-kata dan struktur kalimat, agar kedepan mudah untuk menyusun kalimat. OK, kita akan mulai membahas seputar Diksi.

Definisi

diksi adalah pemilihan kat yang tepat dan selaras dalam penggunaanya sehingga dapat memberikan kesan / makna / efek sesuai dengan harapan (Menurut Kamus Bahasa Indonesia).

Fungsi

  • Mudah dipahami. Pemilihan diksi yang sesuai dan selaras akan mempermudah pembaca atau pendengar lebih mudah memahami arti kata atau makna kalimat atau gagasan yang hendak ingin disampaikan. Pemilihan diksi dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung. contoh : buku anak dengan bahasa sederhana, buku akademik dengan bahasa ilmiah,dan buku novel dengan bahasa puitis (tergantung penulisnya kembali). 
  • Mendapatkan tujuan. dengan menggunakan diksi yang tepat, maka peluang untuk medapatkan tujuan lebih besar. Hal ini karena komunikasi yang berlangsung efektif selain juga memilih kata yang sesuai dengan suasanai resmi ataupun tidak resmi, akan terciptakan ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendegar atau pembaca. 
Berikut membahas makna berupa mendapatkan tujuan :
  1. makna Denotasi dan konotasi. Merupakan denotasi merupakan makna yang sesungguhnya yang sesuai dengan pengertian kamus besar bahasa Indonesia. Contoh: kata “miskin”, dalam pengertian denotasi artinya ialah keadaan seseorang yang kurang dalam hal finalsial. Sementara itu makna konotasi yaitu makna lain atau makna yang bukan sebenarnya yang mungkin hanya dapat dimengerti oleh beberapa orang saja yang bersangkutan. 

    Contoh: kata “alarm” dalam kalimat, “ kamu selalu datang tepat waktu,  alarm jam kamu bagus”.  Kata alarm dalam kalimat tersebut merupakan kata konotasi untuk menunjukkan makna kata “disiplin”.  Kata konotasi yang bertujuan untuk memuji disebut knotasi positif sedangkan konotasi yang mengejek atau menyindir disebut konotasi negatif. 
  2. makna leksikal dan gramatikal.Yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi atau yang memang nyata dalam kehidupan. Contoh: bakteri Salmonella sp. Menyebabkan penyakit tipus. Sedangkan makna gramatikal yaitu makna kata yang menyatakan makna jamak, menunjukkan suatu jumlah. Contoh: ada buku-buku baru di perpustakaan. Artinya ialah banyak buku baru yang datang di perpustakaan.
  3. makna referensial dan nonreferensial. Yang dimaksud dengan makna referensial yaitu kata yang mengacu atau menunjukkan kepada sesuatu. Contoh: buku biologi ada di Rak no. 7. Kata “rak no.&” merupakan frase yang menunjukkan makna referensial. Sedangkan makna nonreferensial adalah kebaikan dari kata referensial. contoh: baru saja aku membaca buku itu, tetapi aku lupa meletakkannya. Kata “tetapi” merupakan kata yang menunjukkan makna nonreferensial. 
  4. makna konseptual dan asosiatif. Makna konseptual merupakan makna suatu kata yang menunjukkan deskripsi kata tersebut. Contoh: pangeran pergi menunggang unta. Kata “unta” memilki makna konseptual yaitu binatang gurun berkaki empat yang dapat dijadikan sebagai alat transportasi. Sedangkan makna asosiasi merupakan makna kata yang menunjukkan hubungan yang terkait dengan kata tersebut. Contoh: kata merah memiliki hubungan berani sedangkan kata merpati dihubungkan (asosiasi) dengan kesetiaan.
  5. makna kata dan istilah. Makna kata akan terlihat jelas ketika kata tersebut digunakan dalam sebuah kalimat. contoh: kata “dingin” dapat berarti mengenai suhu atau cuaca, atau menunjukkan sikap seseorang. Sementara itu makna istilah merupakan makna yang bersifat pasti atau mutlak. Hal ini karena makna istilah hanya digunakan dalam bidang-bidang tertentu. Contoh: kata dingin di atas jika digunakan dalam bidang ilmu pengetahan alam maka memiiki makna pasti menunjukkan suatu suhu.
  6. makna kias dan lugas. Makna kias ialah kata atau frase yang biasa digunakan untuk mengatakan makna secara tidak langsung. Biasa digunakan dalam majas atau peribahasa. Contoh: jangan sampai terjerat lintah darat. Frase lintah darat menunjukkan makna kias yang berarti adalah rentenir. Sedangkan makna lugas adalah kebalikan dari makna kias. Artinya dalam makna lugas terang-terangan menyebutkan makna yang sesungguhnya. Contoh: sepertinya hampir semua pejabat negara adalah koruptor.
Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan kata. Perhatikan syarat-syarat berikut untuk menentukan kesesuaian diksi:

  1. Hindari pengggunaan bahasa substandar dalam situasi formal. Bahasa standar ialah merupakan tutur bahasa yang biasa digunakan oleh  mereka kalangan menengah ke atas,  atau yang mengenyam pendidikan tinggi. Sementara itu, bahasa nonstrandar kebalikannya, biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari orang umum.
  2. Menggunakan kata ilmiah dalam kondisi tertentu saja, selebihnya gunakan kata popular. Kata ilmiah merupakan kata yang biasa digunakan dalam tulisan ilmiah atau kata yang jarang digunakan oleh orang-orang awam, hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan. Contoh, dalam jurnal ilmiah menggunakan kata ilmiah. Sedangkan ketika berbca maka gunakanlah kata popular, halini karena agar makna yang disampaikan dalam jurnal dapat dimengerti oleh semua pendengar.
  3. Hindari jargon yang dapat dibaca oleh publik. Jargon merupakan kalimat atau frase dalam bahasa tertentu yang hanya dimengerti oleh beberapa orang. Oleh karenanya dalam memilih kata hindari jargon karena orang lain belum tentu memahaminya.
  4. Hindari pemakaian kata – kata slang. Kata slang merupakan kata non standar yang digunakan dalam percakapan dengan teman sebaya. Pengunaan kata slang saat formal tentu tidaklah baik.
  5. Hindari ungkapan-ungkapan yang telah usang
  6. Hindari bahasa atau kata artifisial yaitu rangkaian kata yang disusun secara kreatif untuk menimbulkan rasa seni. Contoh: harum bunga mawar terberai terbawa angn sampai ke penciumanku. 
  7. Hindari penggunaan kata – kata atau kalimat percakapan dalam penulisan.  Hal ini karena kata- kata dalam percakapan merupakan kata nonformal, sehingga tidak baik ketika digunakan saat menulis hal-hal yang bernuansa ilmiah.
Berikut merupakan macam hubungan makna yang terbentuk antar kata:

  1. Sinonim. Merupakan kata – kata yang memiliki kesamaan makna. Contoh: Pintar dengan pandai, kurus dengan langsing. Meski memiliki kesamaan makna, kata-kata dalam sinonim memiliki kesan masing-masing seperti halu atau kasarnya.
  2. Antonim. Sekelompok kata yang memiliki makan yang berlawanan dengan kata lain. Contoh: tinggi dengan pendek, pesek dengan mancung, dan ainnya.
  3. Polisemi merupakan kata yang menunjukkan satuan bahasa yang dapat memiliki banyak makna. Contoh: anak asuh, anak tangga, anak durhaka, anak sholeh. Dan lain-lain.
  4. Hiponim merupakan makna kata yang tercakup dalam kata lain. Contoh: melati merupakan hiponim dari bunga.
  5. Hipernim merupakan kata yang mencakup kata lain. Kebalikan dari hiponim. Contoh: bunga merupakan hipernim dari melati, mawar, kenanga dan lain-lain.
  6. Homonim merupakan sekelompok kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi tapi memiliki arti yang berbeda. Contoh: (1)Hak asuh anak jatuh kepda ibunya;  dengan (2) wanita itu memakai sepatu berhak tinggi. Pada kalimat pertama hak berarti kepemilikian sedangkan pada kalimatkedua artinya bagian sepatu. Atau (1) ular ini mengeluarkan bisa yang sangat berbahaya; dengan (2) kamu pasti bisa menghadapinya. Bisa pada kalimat pertama artinya racun sedangkan bisa pada kalimat kedua artinya kemampuan.
  7. Homofon merupakan sekelompok kata yang memilikikesamaan bunyi namun ejaan dan arti berbeda. Contoh: (1) bulan ini saya mendapat bunga bank sebesar 3% ; dengan (2) bang, pesen somay satu piring.
  8. Homograf yaitu kata yang memiliki tulisan sama namun bunyi dan arti berbeda. Contoh: (1) Saya sudah sampai di Serang, bu; (2) andi diserang kawanan begal. 

Berikut penulis akan membahas kesalahan diksi pada sebuahartikel "Islam Samurai Abdullah Taqi Takazawa" pada majalah Janna edisi 21 tema "Move On!" yang terbit November 2012.

"Si pria ini menyodorkan secarik kertas ke Taqi. Tangan Taqi mengambilnya dan membacanya."

Kesalahan disini adalah "Tangan Taqi" bukanlah tepat sebagai subjek, karena tangan Taqi seakan bisa "membacanya", maka dengan ini cukup hilangkan "Tangan" pada kalimat tersebut. Kemudian "mengambilnya dan membacanya" berhubungan kalimat sebelumnya, namun kalimat pertama (Si pria ini..) terpisah dengan kalimat kedua (Tangan Taqi...) maka titik diganti dengan koma dan ditambah kalimat "Kemudian" setelah koma. maka kalimat sudah dibetulkan menjadi :

"Si pria ini menyodorkan secarik kertas ke Taqi, kemudian Tagi mengambilnya dan membacanya."
Janna (Young Generation By Republika) - Move On! (edisi 21), November 2012

No comments:

Post a Comment