“Mereka lahir dari kenyataan yang kau ketahui,
tetapi mereka bukanlah kenyataan yang pasti”
- Sang Pemimpi -
tetapi mereka bukanlah kenyataan yang pasti”
- Sang Pemimpi -
Ketika dunia ini masih terlihat amat besar bagiku,
sedangkan diriku amat kecil melakukan hal ini itu saja tak mampu. Akhirnya ku
berlari kesana kemari dengan semangatnya untuk meraihnya. Setelah
lelahku memahami dunia ini. Perlahan,
kalian orang besar memperkenalkan padaku. Suatu yang asing bagiku, karena aku
tak pernah mengalaminya. Kalian kenalkan waktu dengan sejarah, pekerjaan dengan
ketrampilan, keajaiban dengan imajinasi, dan keyakinan dengan agama. Akhirnya
semua ku ketahui terlelap bersama tidurku.
Tidur
mendiamkan diri, kemudian meluaplah mimpi. Mereka lahir atas kupikirkan,
walaupun kadang ada saja setan kecil menggangu mimpiku. Mimpi mungkin meluapkan
kembali memoriku kembali, namun seakan bukanlah kehendakku. Mereka lahir dari
kenyataan yang ketahui, tetapi mereka bukanlah kenyataan yang pasti. Terbangunlah diriku, karena mimpiku seakan
membawa pesan. Kaulah akan menjadi orang besar disuatu saat nanti.
Terbangun dan tertidur secara bergantian. Ku terbangun
agar tahu dunia ini, kembali tidur untuk menikmati mimpi. Sekian
terus-berulang, sadarku tak sama dengan mimpiku. Tidak semua ku ketahui adalah
keindahan, karena kepahitan lebih banyak kurasakan. Sedangkan mimpiku,
sangatlah manis. Awalnya ku kira mimpi adalah pengetahuan, namun iyalah
imajinasi. Imajinasi lahir dari ketiadaan atas dunia yang kita ketahui. Namun selama bermimpi, aku merasa
menjadi orang besar.
Fantasi
keindahan dari realiti kepahitan. Selama ini aku hanyalah bermimpi menuju dunia
fantasi. Pesan aku akan menjadi “Orang Besar” sudah cukup kunikmati dalam mimpi
ini. Kenyataan, waktu dunia fantasi hanya sebatas butiran pasir diantara sahara
realiti. Akhirnya, aku lebih banyak merasakan pahitnya kenyataan ini. Semakin
pahit, jika mimpiku semakin manis. Ku urungkan mimpiku. Namun kembali bertemu
dengan orang besar di dunia realiti. Mereka kembali bercerita, tentang Mimpi.
“Dulu
aku juga sepertimu” ucap dengan sejujurnya.
Dulu,
mereka kecil bermimpi menjadi besar. Mereka berbagi cerita mimpinya, begitu
indah .. Bahkan lebih indah daripada mimpiku, walaupun terdengar gila jika
kupandang dari sudut realiti. Mereka juga takut tentang kepahitan dunia ini,
tetapi mimpi mereka tak kunjung mereka surutkan, bahkan semakin besar mimpinya.
Tetapi ketahuilah, mimpi mereka bukanlah tertidur. Namun mereka membangunkan
mimpinya. Mereka bangun dengan kesadar, bukanlah lari ke dunia fantasi.
Melainkan mereka membawa dunia fantasi mereka ke dunia realiti. Itulah mimpi
dengan tekad.
Tekad tetaplah imajinasi, bersemayang dalam
mimpimu bahkan sadarmu, kau tetap merasakan. Mereka tak ada, namun begitu
paling berasa. Iyalah alasan bangkit, bergerak dengan alasanmu. Mengejar
mimpimu, agar menjadi nyata. Semakin kau kejar, semakin pahitnya realiti ini.
Kau masih sempatnya tersenyum, karena tekadmu yakin.. Suatu saat mimpi itu akan
menjadi nyata.
Akhirnya,
Kau perlahan merasakan menjadi orang besar. Merekalah yang besar mimpinya
beserta tekadnya. Kau menikmati posisimu dan hasilmu, ternyata tidak.. Karena
sadar tidak, semakin kau bermimpi besar, semakin hausnya dirimu. Terdengar
egois, tetapi inilah kepahitan sesungguhnya. Pahit kenyataan mimpi hanyalah
tetap mimpi tertidur. Mungkin sebagian terwujud, namun akhirnya itu sebagian
kecil dari banyaknya mimpimu yang belum terwujud. Tahukah kalian kematian
paling ditakutkan orang besar? mimpi mereka tak akan terwujudkan.
Jika
semua mimpimu belum terwujudkan, cobalah perlahan kau gugurkan dalam sebuah
tulisan. Mungkin tak nyata, tapi biarkanlah generasimu kedepan terwujudkan.
Karena begitulah orang besar menurunkannya padaku yang masih kecil.