Thursday, April 28, 2016

Lelah

Lelah

Baru kali ini aku sampai tak mengenal tenang, ke kampus ingat amanat dan ke rumah ingat tugas. Kau tahu, berapa yang ku pikul ini. Setiap pekan yang berupa hari libur bukanlah buatku nanti. Ku hanya menjalani kegiatan akhir-akhir ini untuk kesibukan, seakan lebih sibuk daripada wanita karir. Kau mengeluh hanya karena tak didengar, maukah kau bersamaku mengeluh teriakanku tak terdengar. Tak usahlah mengeluh, apalah pentingnya keluhmu. Lelahku sudah cukuplah keluh diriku untukku, tak perlu kau keluhkan yang membuat bebanku tak tentu.

Sebagai prajurit, taat menjanjikan bebannya dari satu pemimpin. Sebagai pemimpin, ikhlas menjanjikan beban dari seluruh prajuritnya. Berapa kali ku ikhlaskan atas kesalahanmu, berapa kali jumlah keluhmu terurai, berapa cuekmu sebagai kematian perlawan acaraku. Haruskan ku benci hal sikapmu yang hanya membuatmu lari saja. Cukuplah ku ikhlaskan, tapi sudikah kau beban batin kepadaku? Aku tak ingin menjadi pembenci, tapi aku tak mau mati karena tak ada lagi peduli.

Menyerah, untuk apa? Sudihkah anda mati karena tak keperdayaan atas dirimu sendiri.

Menghilang, lari keujung dunia mana? Bukanlah kematian cukuplah sebagai kehilangan atas dunia ini.

Semua belum berakhir, tapi waktu perlahan mengakhiri langkah-langkah ini. Jika kau diam, kau akan tertimpa. Jika kau lamban, kau tetap akan tertimpa. Tapi cukuplah, kita kembali berpangku kekuatan, untuk berlari bersama. Kalaupun kita tertimpa pula, kita masih bersama.

Maafkan diriku selama ini, yang bukanlah jendral bermetal tegas, ulama yang penuh hikmat, dan guru yang penuh bimbingan. Aku juga seperti kalian, prajurit yang dulu berusaha taat pada pemimpinnya.


Dari Jotosman, manusia melawan pukulan kehidupan.

No comments:

Post a Comment